SS, bocah empat tahun tampak sendirian di jalan dekat rumahnya, Selasa (7/8/2012). Bocah malang tersebut ditinggal mati ibunya setahun yang lalu, sementara ayahnya pergi entah kemana.
JAKARTA — Raut muram terlihat di wajah SS. Bocah berusia empat tahun itu tampak di luar kebiasaan anak seusianya yang aktif dan ceria. Sebaliknya, SS lebih banyak diam. Jika teman-teman sepantarannya bermain, dia hanya bisa memandanginya dengan sorot mata sayu.
Karena ada beberapa jenis penyakit di tubuh SS, dokter sampai memprediksi usia anak itu tidak akan lama. Bahkan dokter juga berpesan agar SS harus diseneng-senengin.
-- Alifta Achadiyah.
"Menurut dokter, ibunya meninggal karena kanker otak. Dia pernah kerja sama saya, bantu-bantu rumah tangga," ujarnya.
Sepeninggal ibunya, kata Alifta, praktis SS bagaikan layang-layang putus, atau bagaikan anak ayam kehilangan induknya. Pasalnya, semenjak SS lahir, ayahnya sudah tidak tinggal serumah dengan istri dan kedua anaknya. SS sempat diasuh nenek dan kakeknya, tetapi setahun yang lalu neneknya menyusul anaknya, ibu kandung SS, ke alam baka. Jadilah SS dan kakak satu-satunya, GL (7), diasuh oleh kakeknya yang sehari-hari bekerja sebagai satpam perumahan. Sehari-hari SS tidur di lantai ubin sehingga membuat sejumlah tetangga terdekatnya membelikan kasur.
Selain diasuh kakeknya, SS dan GL juga ditemani pamannya, Moyo. Namun, karena kakek dan pamannya bekerja dari pagi sampai malam, kedua bocah itu nyaris tanpa asuhan yang memadai. Kondisi itulah yang mengundang iba dari tetangga kanan-kiri. Secara gotong royong, para tetangga memberikan uang untuk jajan kedua bocah lucu itu, kue-kue, atau kadang-kadang memberi makan siang atau malam. "Ibu-ibu di sini juga ikut mengawasi saat kedua anak itu bermain bersama anak-anak di sini," kata Alifta.
Dibanding GL, kakaknya, kondisi SS memang lebih memprihatinkan. Selain perutnya buncit dengan badan kurus, dari salah satu telinganya kadang mengeluarkan cairan berbau amis, terutama saat suhu badannya panas. Di sekitar perutnya juga terlihat urat layaknya varises berwarna biru tua. Kepada sang kakek, kata Alifta, SS juga acap mengeluh sakit di perutnya.
"Akhirnya, ada seseorang yang bersedia membiayai pengobatan SS. Saya bersama Fitriah, warga sini, diminta membawa anak ini periksa ke RSUD Pasar Rebo. Dari hasil tes darah dan USG, dokter mendiagnosis bahwa SS menderita beberapa penyakit, di antaranya disebutkan levernya bengkak," kata Alifta.
Dari hasil lab, dokter mendiagnosis ada 13 item penyakit. "Darahnya saja diambil sampai tujuh botol. Dikasih obat sama dokter, suplemen, dan obat tetes telinga," katanya.
Mengingat kondisi keuangan kakeknya tidak mampu, biaya pengobatan SS dipikul ramai-ramai demi kelanjutan hidup bocah tak berdosa tersebut. Warga berpendapat, nyawa bocah tersebut merupakan hal yang utama. Namun, Alifta sendiri tidak bisa memastikan sampai kapan warga terus membiayai SS. Apalagi GL yang seharusnya sudah duduk di bangku kelas I sekolah dasar, karena keterbatasan biaya, sampai hari ini belum bersekolah.
"Karena ada beberapa jenis penyakit di tubuh SS, dokter sampai memprediksi usia anak itu tidak akan lama. Bahkan dokter juga berpesan agar SS harus diseneng-senengin, minta makan enak apa saja agar dikasih, asal jangan telur dan ikan, karena itu bisa memicu penyakit kulitnya kambuh dan bernanah. Tapi kami percaya sama kebesaran Allah, apalagi ini di bulan suci Ramadhan," kata Alifta Achadiyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar