
Patarana, atau Pliek U, lazim dikenak di Aceh) merupakan bahan dasar sayur pliek u yang disukai masyarakat Aceh.
BIREUEN, KOMPAS.com - Salah satu makanan khas Aceh yang
dikenal dan digilai masyarakat setempat adalah "sayur pliek u".
Berbahan dasar pliek—dikenal patarana—aneka sayur menjadi pencampur
setia kuah pliek beraroma rempah yang mengental.
Citarasanya,
diyakini menggugah selera pencinta kuliner. Patarana sendiri terbuat
dari kelapa kering yang telah dibusukkan terlebih dahulu, terkesan kotor
atau berbau tak sedap bagi sebagian orang. Tapi lain halnya bagi warga
Aceh baik yang tinggal di Aceh atau yang menetap di berbagai pelosok
Tanah Air bahkan luar negeri. Mereka tetap memburu pliek u guna diolah
menjadi sayur pliek yang gurih dan nikmat.
Dalam hajatan di
masyarakat Aceh, kerap kali menu kuah pliek menjadi andalan untuk
dihidangkan. Ditemani sepiring nasi putih dan beberapa potong ikan asin,
menu pliek u lengkap disajikan.
Hal sama sering pula kita temui
di berbagai warung nasi di Aceh dan bahkan di luar Aceh. Kabupaten
Bireuen dikenal sebagai sentra produksi pliek u. Dikenal sejak puluhan
tahun lalu, produksi pliek u Kecamatan Jangka, digilai dan diburu
beragam konsumen lokal maupun luar.
Selain bentuk dan kondisinya
yang bersih, kualitas rasanya pun mengalahi pliek-pliek daerah lain di
Aceh. Tak tanggung-tanggung, pemasarannya juga merajah ke Malaysia dan
Brunei Darussalam.
Penuturan sejumlah pemilik industri rumahan
patarana di Kecamatan Jangka, penjualan produksi mereka terus meningkat
beberapa tahun terakhir. Bahkan mereka akui kesulitan memenuhi kebutuhan
pasar disebabkan minimnya peralatan yang mampu meningkatkan produksi
patarana mereka.
"Selama ini peralatan untuk pengolah pliek
masih secara tradisional, mulai dari menjemur, memeras hingga
mengeringkan, jadi produksi sulit ditingkatkan," ungkap Salami (64),
warga asal Desa Jangka Alue U, Jumat (17/1/2013) kemarin.
Belum
lagi jika musim penghujan tiba, pliek u yang telah diolah sebelumnya
menjadi sulit kering hingga beberapa hari ke depan. Tak hanya mengganggu
kualitas pliek, citarasanya pun akan berubah bila nantinya diolah
menjadi lauk. "Matahari menjadi modal besar bagi kelangsungan produksi
kami yang serba tradisional ini," lanjut wanita ini.
Produksi
yang telah digeluti hampir empat puluh tahun itu, diakuinya memiliki
prospek bagus untuk dipelihara hingga masa akan datang, mengingat
penggemar sayur khas Aceh ini tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Senada
disebutkan Wardani (55). Tingginya pesanan membuat usaha miliknya harus
memproduksi tiga hingga empat kali dalam sebulan, kendati waktu cukup
lama dihabiskan untuk satu kali produksi. "Proses pembuatan satu kali
patarana dalam kapasitas besar, yakni 500 butir kelapa, bisa
menghabiskan waktu hingga lima belas hari, kalau cuaca kurang bagus
dalam satu bulan hanya melewati satu sampai dua kali proses pembuatan
saja," ungkapnya.
Dirincikannya, per 100 butir kelapa berukuran
besar bisa menghasilkan delapan kilogram patarana, sedangkan kelapa
ukuran kecil hanya mampu menghasilkan 6-7 kilogram patarana. Sedangkan,
harga kelapa satu butir saat ini berkisar Rp 1.000 hingga Rp1.500.
Wardani
mengaku omzet yang diraih dari produksi pliek u ini bervariasi
tergantung pemesanan maupun pembelian agen ke desa mereka. "Harga jual
per kilogram di sini Rp18.000 sampai Rp20.000 tergantung kualitasnya,"
tambah Wardani.
Di Kecamatan Jangka, Kabupaten Bireuen ini,
terdapat lebih dari 30 usaha rumahan patarana. Mayoritas digerakkan oleh
kaum ibu rumah tangga yang tidak memiliki pekerjaan tetap.
Uniknya,
pembuatan patarana di sini melibatkan banyak kaum perempuan yang
bekerja saling tolong-menolong khususnya untuk memarut kelapa secara
manual. Mengapa manual? Wardani menjelaskan, dengan menggunakan parutan
mesin, hasil dari patarana akan terlihat hancur dan lembek, sedangkan
parutan manual menghasilkan kelapa lebih kasar dan padat.
Mau mencoba sayur pliek u? Silahkan kunjungi warung Aceh di mana pun Anda berada!!